
Minggu lalu, ia menuliskan sebuah artikel untuk Guardian yang menceritakan bagaimana dia didiagnosa kanker lima bulan yang lalu. Dalam artikel yang sangat terang-terangan tersebut, dia berkata, "Diagnosa itu tidak mengubah apapun."
Pada hari Sabtu, satu minggu setelah artikel tersebut dirilis, Max meninggal. Di hari Minggu, kedua orangtua Max - Dan dan Jenny - membuat sebuah artikel di blog Max untuk mengenang anak mereka.
"Penulis, Filsuf, Pemikir, Musisi, Artis. Revolusioner Anonim- Max Edwards, anak kami - meninggal pada tanggal 26 Maret 2016, usia 16 tahun. Dia senang menulis di blog ini dan berbagi ide dengan Anda. Terutama di beberapa bulan terakhir hidupnya, menulis blog ini merupakan sumber ketenangan baginya. Terima kasih atas dukungan Anda. Terima kasih semua karena telah membahagiakan sang revolusioner muda. Dan & Jenny x."
Max, yang tinggal di New York, mulai menulis blog ini pada bulan Januari tahun lalu. Di sini, dia membahas sosialisme revolusioner, meski saat ini, kapitalisme merupakan paham yang mendominasi dunia.
Dalam artikel yang Max tulis untuk Guardian, ia menulis tentang bagaimana berita tentang penyakitnya dikaitkan dengan prinsipnya dan juga kepercayaannya bahwa Tuhan tidak ada. "Saya diberitahu bahwa banyak orang yang berdoa untuk saya dan saya sendiri juga berdoa, walau saya merasa hal itu tidak akan mengubah apapun," katanya.
Dia menuliskan, dia tidak percaya Tuhan, sesudah atau sebelum dia didiagnosa mengidap kanker. "Orang-orang selalu berkata bahwa kematian adalah hal terburuk yang dapat terjadi pada Anda. Dan karena saya tidak percaya akan adanya kehidupan setelah kematian, maka saya pikir, kematian akan berujung pada sebuah kekosongan. Dan saya telah menerima konsep itu," katanya.
Dalam tulisan terakhirnya di blog, ia menulis sebuah "pengakuan" bahwa ia telah terbang menggunakan sebuah jet pribadi. Dia menyebutkan, hal ini sesuai dengan pandangan politiknya yang cenderung berhaluan kiri, yang cenderung mendukung persamaan sosial.
"Apakah hal itu membuat saya terlihat munafik? Mungkin... Namun, setidaknya saya mengakui ironi ini. Saya hidup di negara kapitalis, saya menjalani gaya hidup kapitalis, dan sebagai orang yang menikmati sistem ini, hal ini berarti saya mendapatkan keuntungan dari sistem ini.
"Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubah keadaan, saya hanya terlalu malas/bodoh/egois untuk itu. Tapi, setidaknya saya bisa mengakui hal ini; saya tidak berpura-pura dieksploitasi. Saya tidak mengklaim menjadi korban kapitalisme. Saya tahu betul bahwa saya bukanlah representasi dari alasan revolusi, tapi saya akan terus membantu gerakan ini dengan cara yang sama."
Di bawah artikel orangtua Max, beberapa orang lain juga menuliskan artikel untuk mengenang Max.
Penulis asal Inggris, Sophie Weston menulis: "Saya meneteskan air mata mendengar berita sedih ini. Anda adalah seorang pemuda yang menginspirasi; saya menyesal karena saya tidak pernah dapat bertemu dengan Anda. Saya akan merindukan membaca blog Anda."
Di awal bulan ini, Max juga pernah bertemu dengan mantan pemimpin Partai Buruh, Ed Miliband dan pemimpin partai yang sekarang, Jeremy Corbyn. Untuk mengenang Max, Ed menuliskan di Twitter, "Dapat bertemu dengan Max 2 minggu lalu adalah sebuah kebanggaan bagi saya. Dia adalah seorang anak muda yang istimewa. Saya turut berduka cita untuk Dan, Jenny, Esme, dan Toby."